|
Peristiwa ini terjadi saat aku lulus SMA Swasta di kotaku. Pada waktu itu aku dan kawan-kawanku main ke rumahku, sementara papa
dan mama tidak ada di rumah. Adi, Dadang, Abe dan Aponk main ke rumahku, kami
berlima sepakat untuk menonton film yang dibawa oleh Aponk, yang memang
kakak iparnya mempunyai usaha penyewaan VCD di rumahnya. Aponk membawa 4 film porno dan kami serius menontonnya.
|
Tanpa diduga Mbak Marni mengintip kami berlima yang sedang menonton, waktu itu usia
Mbak Marni 28 tahun dan belum menikah, karena Mbak Marni sejak berumur 20 tahun
telah menjadi baby sitterku. Tanpa disadari aku ingin sekali melihat dan
melakukan hal-hal seperti di dalam VCD porno yang kutonton bersama dengan
teman-teman. Mbak Marni mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat
dan tidak ketahuan oleh keempat temanku.
“Maaf yah, gue mau ke belakang dulu…”
“Ya… ya.. tapi tolong ditutup pintunya yah”, jawab keempat
temanku.
“Ya, nanti kututup rapat”, jawabku.
Aku keluar kamarku dan mendapati Mbak Marni di samping
pintuku dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Hmm.. hmmm, Mas Ton”, Mbak Marni menegurku seraya
membetulkan posisi berdirinya.
“Ada
apa Mbak ngintip-ngintip Tonny dan kawan-kawan?” tanyaku keheranan.
Hatiku berbicara bahwa ini kesempatan untuk dapat melakukan
segala hal yang tadi kutonton di VCD porno. Perlahan-lahan kukunci kamarku dari
luar kamar dan aku berpura-pura marah terhadap Mbak Marni.
“Mbak, apa-apaan sih ngintip-ngintip segala.”
“Hmm.. hmmm, Mbak mau kasih minum untuk teman-teman Mas
Tonny”, jawabnya.
“Nanti aku bilangin papa dan mama loh, kalo Mbak Marni
ngintipin Tonny”, ancamku, sembari aku pergi turun ke bawah dan untungnya
kamarku berada di lantai atas.
Mbak Marni mengikutiku ke bawah, sesampainya di bawah, “Mbak
Marni, kamu ngintipin saya dan teman-teman itu maksudnya apa?” tanyaku.
“Mbak, ingin kasih minum teman-teman Mas Tonny.”
“Kok, Mbak nggak membawa minuman ke atas”, tanyaku dan
memang Mbak Marni ke atas tanpa membawa minuman.
“Hmmm.. Hmmm..” ucap Mbak Marni mencari alasan yang lain.
Dengan kebingungan Mbak Marni mencari alasan yang lain dan
tidak disadari olehnya, aku melihat dan membayangkan bentuk tubuh dan payudara
Mbak Marni yang ranum dan seksi sekali. Dan aku memberanikan diri untuk
melakukan permainan yang telah kutonton tadi. “Sini Mbak”
“Lebih dekat lagi”
“Lebih dekat lagi dong..”
Mbak Marni mengikuti perintahku dan dirinya sudah dekat
sekali denganku, terasa payudaranya yang ranum telah menyentuh dadaku yang naik
turun oleh deruan nafsu. Aku duduk di meja makan sehingga Mbak Marni berada di
selangkanganku. “Mas Tonny mau apa”, tanyanya.
“Mas, mau diapain Mbak”, tanyanya, ketika aku memegang
bahunya untuk didekatkan ke selangkanganku.
“Udah, jangan banyak tanya”, jawabku sembari aku melingkari
kakiku ke pinggulnya yang seksi.
“Jangan Mas.. jangan Mas Tonny”, pintanya untuk
menghentikanku membuka kancing baju baby sitterku.
“Jangan Mas Ton, jangan.. jangan..” tolaknya tanpa menampik
tanganku yang membuka satu persatu kancing bajunya.
Sudah empat kancing kubuka dan aku melihat bukit kembar di
hadapanku, putih mulus dan mancung terbungkus oleh BH yang berenda. Tanpa
kuberi kesempatan lagi untuk mengelak, kupegang payudara Mbak Marni dengan
kedua tanganku dan kupermainkan puting susunya yang berwarna coklat muda dan
kemerah-merahan. “Jangan.. jangaaan Mas Tonny”
“Akh.. akh… jangaaan, jangan Mas”
“Akh.. akh.. akh”
“Jangan.. Mas Tonnn” Aku mendengar Mbak Marni
mendesah-desah, aku langsung mengulum puting susunya yang belum pernah dipegang
dan di kulum oleh seorang pria pun. Aku memasukkan seluruh buah dadanya yang
ranum ke dalam mulutku sehingga terasa sesak dan penuh mulutku.
“Okh.. okh.. Mas.. Mas Ton.. tangan ber..” tanpa
mendengarkan kelanjutan dari desahan itu kumainkan puting susunya dengan
gigiku, kugigit pelan-pelan. “Ohk.. ohk.. ohk..” desahan nafas Mbak Marni
seperti lari 12 kilo meter. Kupegang tangan Mbak Marni untuk membuka celana
dalamku dan memegang kemaluanku. Tanpa diberi aba-aba, Mbak Marni memegang
kemaluanku dan melakukan gerakan mengocok dari ujung kemaluanku sampai pangkal
kemaluan. “Okh.. okh..
Mbak.. Mbaaak”
“Terusss.. sss.. Mbak”
“Masss.. Masss.. Tonnny, saya tidak kuat lagi”
Mendengar itu lalu aku turun dari meja makan dan kubawa Mbak
Marni tiduran di bawah meja makan. Mbak Marni telentang di lantai dengan
payudara yang menantang, tanpa kusia-siakan lagi kuberanikan untuk meraba
selangkangan Mbak Marni. Aku singkapkan pakaiannya ke atas dan kuraba-raba, aku
merasakan bahwa celana dalamnya sudah basah. Tanganku mulai kumasukkan ke dalam
CD-nya dan aku merasakan adanya bulu-bulu halus yang basah oleh cairan liang
kewanitaannya. “Mbak, dibuka yah celananya.” Mbak Marni hanya mengangguk dua
kali. Sebelum kubuka, aku mencoba memasukkan telunjukku ke dalam liang kewanitaannya.
Jari telunjukku telah masuk separuhnya dan kugerakkan telunjukku seperti aku
memanggil anjingku. “Shs.. shss.. sh”
“Cepat dibuka”, pinta Mbak Marni.
Kubuka celananya dan kulempar ke atas kursi makan, aku
melihat kemaluannya yang masih orisinil dan belum terjamah serta bulu-bulu yang
teratur rapi. Aku mulai teringat akan film VCD porno yang kutonton dan
kudekatkan mulutku ke liang kewanitaannya. Perlahan-lahan kumainkan lidahnku di
sekitar liang surganya, ada rasa asem-asem gurih di lidahku dan kuberanikan
lidahku untuk memainkan bagian dalam liang kewanitaannya. Kutemukan adanya
daging tumbuh seperti kutil di dalam liang kenikmatannya, kumainkan daging itu
dengan lidahku. “Masssh.. Masss..”
“Mbak mau kellluaaar…”
Aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan “keluar”, tetapi aku
semakin giat memainkan daging tumbuh tersebut, tanpa kusadari ada cairan yang
keluar dari liang kewanitaannya yang kurasakan di lidahku, kulihat liang
kewanitaan Mbak Marni telah basah dengan campuran air liurku dan cairan liang kewanitaannya.
Lalu aku merubah posisiku dengan berlutut dan kuarahkan batang kemaluanku ke
lubang senggamanya, karena sejak tadi kemaluanku tegang. “Slepp.. slepp” Aku
merasakan kehangatan luar biasa di kepala kemaluanku. “Mass.. Masss pellannn
donggg..” Kutekan lagi kemaluanku ke dalam liang surganya.
“Sleep.. sleep” dan, “Heck.. heck”, suara Mbak Marni
tertahan saat kemaluanku masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaannya. “Mass..
Masss.. pelaaan..” Nafsu birahiku telah sampai ke ubun-ubun dan aku tidak mendengar
ucapan Mbak Marni. Maka kupercepat gerakanku. “Heck.. heck.. heck.. tolong..
tolllong Mass pelan-pelan” tak lama kemudian, “Mas Tonnny, Mbaaak keluaaar
laaagi” Bersamaan dengan itu kurasakan desakan yang hebat dalam kepala
kemaluanku yang telah disemprot oleh cairan kewanitaan Mbak Marni. Maka kutekan
sekuat-kuatnya kemaluanku untuk masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaan Mbak
Marni. Kudekap erat tubuh Mbak Marni sehingga agak tersengal-sengal, tak lama
kemudian, “Croot.. crooot” spermaku masuk ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni.
Setelah Mbak Marni tiga kali keluar dan aku sudah keluar,
Mbak Marni lemas di sampingku. Dalam keadaan lemas aku naik ke dadanya dan aku
minta untuk dibersihkan kemaluanku dengan mulutnya. Dengan sigap Mbak Marni menuruti
permintaanku. Sisa spermaku disedot oleh Mbak Marni sampai habis ke dalam
mulutnya. Kami melakukan kira-kira selama tiga jam, tanpa kusadari
teman-temanku teriak-teriak karena kunci pintu kamarku sewaktu aku keluar tadi.
“Tonnny.. tolong bukain dong, pintunya” Maka cepat-cepat
kuminta Mbak Marni menuju ke kamarnya untuk berpura-pura tidur dan aku naik ke
atas membukakan pintu kamarku. Bertepatan dengan aku ke atas mamaku pulang naik
taksi. Dan kuminta teman-temanku untuk makan oleh-oleh mamaku lalu kusuruh
pulang. Setelah seluruh temanku pulang dan mamaku istirahat di kamar menunggu
papa pulang. Aku ke kamar Mbak Marni untuk meminta maaf, atas perlakuanku yang
telah merenggut keperawanannya.
“Mbak, maafin Tonny yah!”
“Nggak apa-apa Mas Tonny, Mbak juga rela kok”
“Keperawanan Mbak lebih baik diambil sama kamu dari pada
sama supir tetangga”, jawab Mbak Marni. Dengan kerelaannya tersebut maka,
kelakuanku makin hari makin manja terhadap baby sitterku yang merawatku
semenjak usiaku sembilan tahun. Sejak kejadian itu kuminta Mbak Marni main
berdiri, main di taman, main di tangga dan mandi bersama, Mbak Marni bersedia
melakukannya.
Hingga suatu saat terjadi, bahwa Mbak Marni mengandung akibat
perbuatanku dan aku ingat waktu itu aku kelas dua SMA. Papa dan mamaku
memarahiku, karena hubunganku dengan Mbak Marni yang cantik wajahnya dan putih
kulitnya. Aku dipisahkan dengan Mbak Marni, Mbak Marni dicarikan suami untuk
menjadi bapak dari anakku tersebut. Sekarang aku merindukan kebersamaanku
dengan Mbak Marni, karena aku belum mendapatkan wanita yang cocok untukku.
Itulah kisahku para pembaca, sekarang aku sudah bekerja di perusahaan ayahku
sebagai salah satu pimpinan dan aku sedang mencari tahu ke mana Mbak Marni,
baby sitterku tersayang dan bagaimana kabarnya Tonny kecilku.
TAMAT
Sumber : Berbagai
Sumber

Tidak ada komentar:
Posting Komentar