|
Nama saya Eva M, 29 tahun, saya seorang mahasiswi yang
sedang kuliah, saya mengambil jurusan ilmu sosial. Masih ingat, kan? Dan sekarang saya
ingin menceritakan pengalaman pribadi saya, jadi saya tidak lagi menceritakan
tentang hasil riset saya bersama 2 teman saya.
|
Hehehee.. Kejadian ini terjadi beberapa waktu yang lalu,
pada saat saya sedang sangat horny dengan pelukan dari seorang pria. Entah
mengapa, sejak SMA saya mempunyai libido yang sangat besar, saya tidak pernah
puas dengan seks yang telah saya lakukan. Saya sering melakukan hubungan seks
dengan pacar saya, William. Saya melakukan setiap kami bertemu, tetapi sekarang
rasanya tidak mungkin untuk memuaskan nafsu seks saya andai saya hanya terpaku
pada dia sebab dia sekarang berada di Hawai, sedangkan saya ada di Inggris.
Beberapa kali saya memuaskan nafsu birahi saya sendiri
dengan vibrator yang saya miliki selama ini. Untuk pembaca ketahui, saya telah
mempunyai vibrator 2 buah dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Sengaja saya
tulis ini dalam bahasa Indonesia, sebab saya sungguh tidak ingin berkesan
sombong apabila saya menulis ini dalam bahasa Inggris, dan maafkan saya apabila
cerita saya ini tidak seperti cerita yang ada di dalam situs ini selama ini,
saya akui jujur bahwa saya tidak pandai untuk menggambarkan apa yang saya
rasakan dalam berhubungan seks demikian pula pada lawan jenis saya. Maafkan
pula bahwa saya tidak dapat menggambarkan seberapa besar atau panjang kemaluan
lawan jenis saya.
Begini ceritanya, beberapa hari yang lalu, saat saya sedang
sangat horny untuk melakukan hubungan seks, saya mencoba untuk melakukannya
dengan vibrator yang telah saya miliki, namun pada saat saya sedang melakukan
itu, saya merasa bosan dengan apa yang sedang saya lakukan pada saat itu,
sehingga saya putuskan untuk menghentikannya. Sejenak saya berpikir, apa yang
harus saya lakukan. Entah berapa lama saya berpikir, tiba-tiba muncul ide untuk
menelpon Raymond (teman setanah air), dan saya mengatakan pada dia bahwa saya
sedang horny.
Pembaca, saya berani mengatakan ini pada Raymond sebab
selain penisnya cukup besar dan dia pun cukup hebat dalam berhubungan seks,
saya dan dia sepakat bahwa kami saling mengisi layaknya suami istri,
kesepakatan ini kami sepakati sejak hubungan seks kami yang pertama kali, entah
kapan saya tidak ingat dengan pasti. Saya dan Raymond telah beberapa kali
melakukan hubungan seks. Kami tidak memiliki komitmen apapun, maksudnya,
Raymond tetap hidup bebas dan saya pun tetap hidup bebas, kami tidak
berkomitmen bahwa kami berstatus pacaran.
Singkat cerita, akhirnya Raymond datang ke flat saya, waktu
itu pukul 17:45 menit, ia lebih cepat 15 menit dari janjinya sendiri. Pada saat
dia datang, dia masuk begitu saja seperti yang biasa dia lakukan. Dia langsung
duduk di sofa dsn menonton TV yang sudah saya nyalakan sebelumnya. Setelah
menutup pintu dan mengambil dua red wine glasses serta satu botol red wine
Aussie (Souvinon ‘97) yang isinya kurang lebih setengah, saya duduk di samping
Raymond. Raymond begitu dingin, tidak seperti biasanya, kami sempat saling
berdiam dengan seribu bahasa, hingga akhirnya dia mulai membuka pembicaraan dan
mengatakan pada saya bahwa sesungguhnya dia sedang malas untuk melakukan
hubungan seks. Saya katakan sekali lagi sama dia bahwa saya sedang horny dan
saya benar-benar ingin berhubungan seks sambil merangkulnya dan mengesun pipi
kirinya.
“Mond, sorry ya kalo kamu sedang ngga horny tetapi aku
sekarang bener-bener lagi pengeenn.. dech” kata saya pada dia.
“Tolong ya, pleasee..” lanjut saya. Tanpa dikomando olehnya,
saya beranjak dari tempat duduk, lalu menyalakan video VHS saya untuk
menayangkan blue film. Entah berapa lama, dia tetap pada sikapnya, dia bersikap
begitu dingin, dia hanya mengubah tempat duduknya dan sesekali menuang red
wine, lalu menuangnya pada gelasnya dan meminumnya beberapa teguk. Hingga pada
akhirnya, nafsu seks saya sendiri semakin menggebu-gebu dengan ditambahnya
visualisasi yang ditampilkan pada TV saya sendiri.
Saya memperhatikan Raymond, saya lihat wajahnya, saya lihat
sorot matanya, dan saya pun melihat kemaluannya yang masih terbungkus dengan
blue jeans. Tampaknya dia mulai terangsang dengan apa yang sedang dia lihat,
terlihat dari penisnya yang mulai mengeras dan rasanya mau keluar dari celana
jeansnya itu. Semakin dahsyatnya nafsu saya hingga akhirnya saya pun memulai
untuk melakukan hubungan seks dengannya. Pertama-tama saya sun dengan lembut
pipi kirinya dan saya raba penisnya, saya elus, dan sesekali sedikit saya
remas. Saya tidak lama melakukan hal itu, sebab Raymond membalasnya dengan
membuka celana jeansnya, lalu membuka resletingnya.
Saya tahu apa yang dia inginkan. Saya pun membantunya untuk
membukakan jeans itu sebab Raymond agak sulit dengan posisinya sambil duduk,
saya bantu menurunkan celana jeans serta celana dalamnya yang berwarna coklat.
Setelah dia menanggalkan celananya, saya langsung berjongkok di depannya lalu
saya pun langsung menggenggam penisnya dan langsung saya jilat, kulum serta
kocok dengan lembut. Sungguh saya sudah tidak bisa menahan gejolak yang ada di
dalam diri saya, saya benar-benar menikmati apa yang sedang saya lakukan, saya
benar-benar bisa ikut merasakan seperti yang sedang dirasakan oleh Raymond.
Saya kulum penisnya, sesekali saya jilat pada ujungnya
sedangkan tangan kanan saya, menaik-turunkan kulit penisnya dengan lembut, saya
pun sesekali memasukkan salah satu jari saya pada lubang duburnya. Sambil saya
kulum, sesekali saya lihat wajahnya, dia tampak menikmati kuluman serta hisapan
saya. Dia memejamkan mata dan sesekali mendesah pelan. Dia sesekali memegang kepala
saya sambil mendesah kenikmatan. Dia sesekali melihat apa yang sedang saya
lakukan sambil berusaha menjamah payudara saya yang masih terbungkus dengan
pakaian saya dan bra di dalamnya. Dia pun tampak sesekali bergetar. Sungguh
saya tidak peduli dengan apa yang dia lakukan, saya senang dengan reaksinya
atas apa yang saya lakukan terhadap dia. Beberapa kali saya merasakan rasa asin
dari beberapa hisapan saya, hingga akhirnya penis yang sedang saya kulum itu
sangat keras dan berada pada posisi puncaknya.
Saya tersenyum melihat apa yang saya lihat, sebab metode
yang baru dan sedang saya lakukan membuahkan hasil. Entah berapa lama saya
mengulum penisnya, dan akhirnya saya pun menyudahinya. Saya berdiri dan
melepaskan semua pakaian yang ada di tubuh saya, Raymond pun membuka kemejanya
yang bercorak kotak-kotak, lalu duduk kembali pada posisinya semula. Tampak
payudara saya dan kulit saya yang putih serta bulu yang tumbuh halus di daerah
atas kemaluan saya. Untuk pembaca ketahui, saya memiliki ukuran 34B-28-38
dengan postur tinggi 169-170
cm.
Setelah saya melepas semua pakaian saya, saya lalu berdiri
di atas sofa, saya arahkan kemaluan saya pada wajah Raymond. Rasanya Roymond
tahu apa yang saya inginkan, dia pun langsung memegang kemaluan saya dengan tangan
kirinya, lalu saya angkat kaki kiri saya hingga akhirnya kemaluan saya tepat
berada di depan wajah Raymond. Dia hisap, dia jilat dan dia mainkan klitoris
saya, juga dimasukkannya salah satu jarinya pada vagina saya. Saya begitu
menikmati permainan Raymond dengan sesekali mendesah. Sungguh hebat permainan
tangan dan lidahnya pada kemaluan saya hingga saya pun mengoyang-goyangkan
kecil pinggul saya ke kiri dan ke kanan .
Saya pun tidak tahu persis berapa lama saya melakukan hal
ini, hingga akhirnya saya mengangkat tubuh saya hingga menjauhkan kemaluan saya
pada wajah Raymond. Saya pun menarik Raymond untuk berdiri, dan saya turun dari
sofa yang barusan saya naiki. Sambil berpaling, membelakangi Raymond, saya
menarik tangannya menuju salah satu sudut flat saya yang ada jendelanya dan
telah saya buka sedikit jendela tersebut. Setelah membelakangi tubuh Raymond
sehingga saya menghadap keluar, namun saya tetap memegang penisnya, saya
arahkan penis itu pada vagina saya, sedang tangan kanan saya memegang salah
satu bagian dari jendela.
Ooh.. rasanya sulit diungkapkan dengan kata-kata pada saat
senjata itu masuk dalam liang surga saya, saya begitu bergejolak, nafsu seks
saya semakin memburu, nafas dan detak jantung saya sudah tidak beraturan. Saya
maju mundurkan pantat saya dengan sesekali menggoyangkan ke kiri atau ke kanan
atau memutar-mutar kecil pinggul saya, demikian pula yang dilakukan oleh
Raymond, dia maju mundurkan kemaluannya sehingga terdengar suara dari gesekan
antara pantat saya dengan daerah perutnya Sungguh, sekali lagi saya katakan
bahwa saya benar-benar menikmati apa yang sedang saya lakukan, saya benar-benar
menikmati hubungan seks yang sedang terjadi pada saya saat itu.
Beberapa kali saya dan Raymond mendesah karena tidak dapat
menahan rasa nikmat yang kami rasakan dari hubungan seks ini. Sesekali Raymond
berusaha untuk meremas payudara saya yang menggantung ke bawah dan memilin
dengan lembut puting saya, dia pun sesekali memasukkan salah satu jarinya pada
lubang anus saya. Ngilu rasanya pada saat ia melakukan ini, tetapi rasa ngilu
itu tetap tidak dapat menghilangkan rasa nikmat yang saya rasakan dari vagina
saya. Perasaan nikmat yang menjalar pada seluruh tubuh saya makin lama makin
memuncak.
Saya menikmati setiap dorongan senjata Raymond pada lubang
surga saya, saya pun menikmati setiap tarikan seolah ingin mengeluarkan
kejantanan itu dari milik saya. Rasa nikmat saya akhirnya mencapai puncak, dan
saya sudah tidak dapat menahan semua itu hingga saya katakan pada Raymond bahwa
saya ingin orgasme. Ketika saya mengatakan bahwa saya orgasme, Raymond pun
menarik tubuh saya sehingga wajah kami begitu dekat, lalu dia mencium bibir
bagian luar saya. Saya pun menekan dalam-dalam vagina saya hingga menelan semua
batang kejantanannya.
Sungguh rasa nikmat yang tidak dapat diungkapkan dengan
kata-kata apa yang sedang saya alami saat itu. Semua syaraf yang ada di tubuh
saya beberapa detik lamanya menegang bersamaan dengan lendir yang menyembur
dari klitoris saya. Beberapa detik saya diam berdiri pada posisi saya hingga
akhirnya saya kembali pada posisi saya semula memegang salah satu sudut jendela
sedangkan Raymond melanjutkan untuk memompa penisnya di dalam lubang nikmat
saya.
Pada saat-saat pertama setelah saya orgasme, saya merasa
lemas namun saya tetap melakukan hubungan seks, dia tetap mengeluar-masukkan
penisnya dalam vagina saya. Saya merasa hampa dan lemas. Pada saat itulah saya
hanya berdiam diri dan merasakan dorongan-dorongan yang dilakukan oleh Raymond,
saya tidak lagi memutar-mutar pinggul saya ataupun ikut memaju-mundurkan pantat
saya.
Akhirnya saya pun memegang batang kejantanan Raymond, lalu
melepaskannya dari dalam vagina saya, saya ingin mengulum dan menghisap
penisnya agar saya dapat membangkitkan nafsu seks saya lagi. Saya pun berbalik
badan, lalu saya berjongkok hingga akhirnya penisnya itu tepat di depan wajah
saya. Saya kulum penis itu, saya hisap dan saya jilat juga pada daerah ujung
penis Raymond, masih terasa lendir saya pada penis Raymond, namun saya tidak
peduli, saya tetap hisap, kulum dan kocok penis itu. Mungkin terlalu
bernafsunya saya untuk membangkitkan nafsu seks kembali lagi, hingga akhirnya
tanpa terasa sudah berapa lama saya melakukan itu.
Roymond mengatakan bahwa dia ingin klimaks. Mendengar itu,
saya langsung berdiri dan menyuruhnya untuk tiduran di karpet, sedangkan saya
akan berada di atasnya. Saya pegang penisnya lalu memasukkan ke dalam liang
nikmat saya dengan posisi saya tetap membelakangi Raymond, saya menaik-turunkan
badan saya. Mula-mula pelan-pelan namun makin lama makin cepat hingga payudara
saya yang agak besar ini bergoyang-goyang secepat seperti yang saya lakukan.
Semakin cepat saya menaik-turunkan tubuh saya hingga makin cepat pula gerakan
penis itu keluar masuk dalam vagina saya dan akhirnya Raymond mengatakan lagi
pada saya bahwa dia ingin keluar.
Pertama-tama saya tidak terlalu peduli hingga akhirnya
Raymond mengatakannya dengan agak teriak bahwa dia sudah tidak tahan lagi.
Cepat-cepat saya ambil posisi untuk dapat mengulum penis Raymond, memang benar,
dalam hitungan detik setelah beberapa kali saya sempat mengulumnya, Raymond
menyemburkan beberapa kali spermanya hingga beberapa diantaranya mengenai pipi
dan sekitar bibir saya. Saya tetap mengulumnya, saya telan semua sperma Raymond
hingga bersih dan saya jilat beberapa kali pula lubang yang ada di ujung
penisnya.
Beberapa kali tubuh Raymond bergetar atas perlakuan saya.
Dan kami pun akhirnya membasuh tubuh kami di dalam kamar mandi. Saya sempat
membilas beberapa kali tubuh saya dengan air. Keluar dari kamar mandi, kami pun
berpakaian kembali. Kami duduk di sofa semula dan menikmati red wine yang ada
di gelas kami masing-masing. Saya memeluk manja Raymond, kalau saya perhatikan,
dia adalah pria yang tidak bisa dinilai jelek, baik itu wajahnya juga bentuk
tubuhnya. Mungkin banyak cewek yang tergila-gila sama dia andai dia tinggal di Indonesia.
TAMAT
Sumber : Berbagai
Sumber

Tidak ada komentar:
Posting Komentar