|
|
Ketika
itu saya baru berumur 18 tahun, sebagai anak tunggal. Sewaktu orang tua saya
sedang pergi keluar negeri. Teman baik ibuku, Tante Susi, yang berumur 26
tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal di rumah menjagaiku. Karena suaminya harus keluar kota, Tante Susi akan menginap di rumahku
sendirian. Tante Susi badannya agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu,
kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakaian dan gayanya seksi. Tentu saja saya
sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Susi.
|
Biasanya, setiap ada kesempatan saya suka memainkan
kemaluanku sendirian. Tapi belum pernah sampai keluar, waktu itu saya masih
belum mengerti apa-apa, hanya karena rasanya nikmat. Mengambil kesempatan rumah
lagi kosong dan Tante Susi juga belum datang. Setelah pulang sekolah, saya ke
kamar tidurku sendirian memijit-mijit kemaluanku sembari menghayalkan tubuh
Tante Susi yang seksi. Kubayangkan seperti yang pernah kulihat di majalah porno
dari teman-temanku di sekolah.
Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa kusadari Tante
Susi sudah tiba di rumahku dan tiba-tiba membuka pintu kamarku yang lupa
kukunci. Dia sedikit tercengang waktu melihatku berbaring diatas ranjang
telanjang bulat, sembari memegangi kemaluanku yang berdiri. Aduh, malunya
setengah mati, ketangkap basah lagi mainin burung. Segera kututupi kemaluanku
dengan bantal, wajahku putih pucat. Melihatku ketakutan, Tante Susi hanya
tersenyum dan berkata ",Eh, kamu sudah pulang sekolah Asan., Tante juga
baru saja datang". Saya tidak berani menjawabnya. "Tidak usah takut
dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak mainin burungnya
sendiri" ujarnya.
Saya tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur
karena sangat malu. Tante Susi lalu menambah, "Kamu terusin saja mainnya,
Tante hanya mau mem-bersihkan kamar kamu saja, kok". "Tidak apa-apa kan kalau Tante turut
melihat permainanmu", sembari melirik menggoda, dia kembali berkata
"Kalau kamu mau, Tante bisa tolongin kamu, Tante mengerti kok dengan
permainanmu, Asan...", tambahnya sembari mendekatiku. "Tapi kamu
tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua
saja". Saya tetap tidak dapat menjawab apa-apa, hanya mengangguk kecil
walaupun saya tidak begitu mengerti apa maksudnya.
Tante Susi pergi ke kamar mandi mengambil Baby Oil dan
segera kembali ke kamarku. Lalu dia berlutut di hadapanku. Bantalku diangkat
perlahan-lahan, dan saking takutnya kemaluanku segera mengecil dan segera
kututupi dengan kedua telapak tanganku. "Kemari dong, kasih Tante lihat
permainanmu, Tante janji akan berhati-hati deh", katanya sembari
membujukku. Tanganku dibuka dan mata Tante Susi mulai turun ke bawah kearah
selangkanganku dan memperhatikan kemaluanku yang mengecil dengan teliti.
Dengan perlahan-lahan dia memegang kemaluanku dengan
kedua jarinya dan menuruni kepalanya, dengan tangan yang satu lagi dia
meneteskan Baby Oil itu di kepala kemaluanku, senyumnya tidak pernah melepaskan
wajahnya yang cantik. "Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka
deh…." katanya sembari mengedipkan sebelah matanya. Malunya setengah mati,
belum ada orang yang pernah melihat kemaluanku, apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar
dengan kencang dan wajahku merah karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa
halus dan hangat.
"Jangan takut Asan., kamu rebahan saja",
ujarnya membujukku. Setelah sedikit tenang mendengar suara-nya yang halus dan
memastikan, saya mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut. Tangannya
sangat mahir memainkan kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluanku
bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih nikmat dari sentuhan tanganku
sendiri. "Lihat itu sudah mulai membesar kembali…", kemudian Tante
Susi melumuri Baby Oil itu ke seluruh batang kemaluanku yang mulai menegang dan
kedua bijinya.
Kemudian Tante Susi mulai mengocok kemaluanku,
digenggamannya perlahan-lahan sambil membuka lebar kedua pahaku dan mengusap
bijiku yang mulai panas membara. Kema-luanku terasa kencang sekali, berdiri
tegak seenaknya dihadapan muka Tante Susi yang cantik. Perlahan Tante Susi
mendekatkan mukanya kearah selangkanganku, seperti sedang mempelajarinya.
Terasa napasnya yang hangat berhembus di paha dan di bijiku dengan halus. Saya
hampir tidak bisa percaya, Tante Susi yang baru saja kukhayalkan, sekarang
sedang berjongkok diantara selangkanganku.
Setelah kira-kira lima
menit kemudian, saya tidak dapat menahan rasa geli dari godaan jari-jari
tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja di ranjang dan mulai
mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Susi yang licin dan berminyak.
Belum pernah saya merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi ini seperti
berpusat tepat ditengah-tengah selangkanganku. Mendadak Tante Susi kembali
berkata, "Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin
ranjang Tante hisap saja yah". Saya tidak mengerti apa yang dia maksud.
Dengan tiba-tiba Tante Susi mengeluarkan lidahnya dan
menjilat kepala kemaluanku lalu menyusupinya perlahan ke dalam mulutnya. Hampir
saja saya melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, saya tidak tahu
harus membikin apa, kecuali menekan pantatku keras ke dalam ranjang. Tangannya
segera disusupkan ke ba-wah pinggulku dan mengangkatnya dengan perlahan dari
atas ranjang. Kema-luanku terangkat tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan
mukanya. Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari
menyedot ke dalam mulutnya.
Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi
seluruh kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah. Lidahnya
dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti untuk
meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku. Kepalanya tampak
turun naik disepanjang kemaluanku, saya berasa geli setengah mati. Ini jauh
lebih nikmat daripada memakai tangannya. Sekali-sekali Tante Susi juga
menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan-gigitan kecil. Dan perlahan
turun ke bawah menjilat lubang pantatku dan membuat lingkaran kecil dengan
ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan hangat. Saya hanya dapat berpegangan
erat ke bantalku, sembari mencoba menahan rintihanku. Kudekap mukaku dengan
bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang saya hendak menjerit.
Napasku tidak dapat diatur lagi, pinggulku menegang,
kepala saya mulai pening dari kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara
selangkanganku. Mendadak kurasa kemaluanku seperti akan meledak. Karena rasa
takut dan panik, kutarik pinggulku kebelakang. Dengan seketika, kemaluanku
seperti mempunyai hidup sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang
lengket dan hangat ke muka dan ke rambut Tante Susi. Seluruh badanku bergetar
dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya. Saya tidak sanggup untuk
menahan kejadian ini. Saya merasa telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat
besar. Dengan napas yang terengah-engah, saya meminta maaf kepada Tante Susi
atas kejadian tersebut dan tidak berani untuk menatap wajahnya.
Tetapi Tante Susi hanya tersenyum lebar, dan berkata
"Tidak apa-apa kok, ini memang harus begini", kembali dia menjilati
cairan lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati
semua sisa cairan itu dari kemaluanku sehingga bersih. "Tante suka kok…,
rasanya sedap….", tambahnya. Dengan penuh pengertian Tante Susi
menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan
sekali-sekali.
Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku
dengan handuk kecil basah dan menciumku dengan lembut dikeningku. Setelah
semuanya mulai mereda, dengan malu-malu saya ber-tanya, "Apakah perempuan
juga melakukan hal seperti ini?"
Tante Susi menjawab "Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga
melakukan itu, tapi caranya agak berbeda". Dan Tante Susi berkata yang
kalau saya mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja saya bilang ya.. saya mau
menyaksikannya.
Kemudian jari-jari tangan Tante Susi yang lentik dengan
perlahan mulai membuka kancing-kancing bajunya, memperagakan tubuhnya yang
putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar
membusung dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah
dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan halus Tante Susi
memegang kedua tanganku dan meletakannya di atas buah dadanya. Rasanya empuk,
kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras. Putingnya warna coklat tua dan
agak besar. Tante Susi memintaku untuk menyentuhnya.
Karena belum ada pengalaman apa-apa, saya pencet saja
dengan kasar. Tante Susi kembali tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya
perlahan-lahan. Putingnya agak sensitif, jadi kita harus lebih perlahan disana,
katanya. Tanganku mulai meraba tubuh Tante Susi yang putih bersih itu. Kulitnya
terasa sangat halus dan panas membara dibawah telapak tanganku.
Napasnya memburu setiap kusentuh bagian yang tertentu.
Saya mulai mempelajari tempat-tempat yang disukainya. Tidak lama kemudian Tante
Susi memintaku untuk menciumi tubuhnya. Ketika saya mulai menghisap dan
menjilat kedua buah dadanya, putingnya terasa mengeras di dalam mulutku.
Napasnya se-makin menderu-deru, membuat buah dadanya turun naik bergoyang
dengan irama. Lidahku mulai menjilati seluruh buah dadanya sampai keduanya
berkilat dengan air liurku, mukanya tampak gemilang dengan penuh gairah.
Bibirnya yang merah merekah digigit seperti sedang menahan sakit. Roknya yang
seksi dan ketat mulai tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan.
Pahanya yang putih seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairah di
hadapanku.
Tante Susi tidak berhenti mengelus dan memeluki tubuhku
yang masih telanjang dengan kencang. Tangannya menuntun kepalaku ke bawah
kearah perut-nya. Semakin ke bawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya,
roknya ter-gulung ke atas. Saya mulai dapat melihat pangkal paha atasnya dan
terlihat sedikit bulu yang hitam halus mengintip dari celah celana dalamnya.
Mataku tidak dapat melepaskan pemandangan yang sangat indah itu.
Kemudian Tante Susi berdiri tegak di hadapanku. Dengan
perlahan Tante Susi mulai membuka kancing roknya satu persatu dan membiarkan
roknya terjatuh di lantai. Tante Susi berdiri di hadapanku seperti seorang
putri khayalan dengan hanya memakai celana dalamnya yang putih, kecil, tipis
dan seksi. Tangannya ditaruh di pingulnya yang putih dan tampak serasi dengan
kedua buah dadanya yang diperagakannya di hadapanku. Pantatnya yang hanya
sedikit tertutup dengan celana dalam seksi itu bercuat me-nungging ke belakang.
Tidak kusangka yang seorang wanita dapat terlihat begitu indah dan menggiurkan.
Saya sangat terpesona memandang wajah dan keindahan tubuhnya yang bercahaya dan
penuh gairah.
Tante Susi menerangkan yang bagian tubuh bawahnya juga
harus dimain-kan. Sambil merebahkan dirinya di ranjangku, Tante Susi memintaku
untuk me-nikmati bagiannya yang terlarang. Saya mulai meraba-raba pahanya yang
putih dan celana dalamnya yang agak lembab dan bernoda. Pertama-tama tanganku
agak bergemetar, basah dari keringat dingin, tetapi melihat Tante Susi
sungguh-sungguh menikmati semua perbuatanku dan matanya juga mulai menutup
sayu, napasnya semakin mengencang. Saya semakin berani dan lancang merabanya.
Kadang-kadang jariku kususupkan ke dalam celana dalamnya
menyentuh bulunya yang lembut. Celana dalamnya semakin membasah, noda di bawah
celana dalamnya semakin membesar. Pingulnya terangkat tinggi dari atas ranjang.
Kedua pahanya semakin melebar dan kemaluannya tercetak jelas dari celana
dalamnya yang sangat tipis itu. Setelah
beberapa lama, Tante Susi dengan merintih memintaku untuk membuka celana
dalamnya. Pinggulnya diangkat sedikit supaya saya dapat menurunkan celana
dalamnya ke bawah. Tante Susi berbaring di atas ranjang tanpa sehelai benangpun
yang menutupi tubuhnya. Disitu untuk pertama kali saya dapat menyaksikan
kemaluan seorang wanita dari jarak yang dekat dan bukan hanya dari majalah.
Bulu-bulu di atas kemaluannya itu tampak hitam lembut, tumbuh dengan halus dan
rapi dicukur, sekitar kemaluannya telah dicukur hingga bersih membuat lekuk
kemaluannya tampak dari depan.
Tante Susi membuka selangkangannya dengan lebar dan
menyodorkan kewanitaannya kepadaku tanpa sedikit rasa malu. Sembari bangkit
duduk di tepi ranjang, Tante Susi memintaku untuk berjongkok diantara kedua
pahanya untuk memperhatikan vagina nya dari jarak dekat. Dengan penuh gairah
kedua jarinya mengungkap bibir kemaluannya yang rada tebal dan kehitam-hitaman
dan memperagakan kepadaku lubang vaginanya yang basah dan berwarna merah muda.
Dengan nada yang ramah, Tante Susi menggunakan jari tangannya sendiri dengan
halus, menerangkan kepadaku satu persatu seluruh bagian tubuh bawah-nya.
Tempat-tempat dan cara-caranya untuk menyenangkan seorang wanita.
Kemudian Tante Susi mulai menggunakan jari tanganku
untuk diraba-rabakan kebagian tubuh bawahnya. Rasanya sangat hangat, lengket
dan basah. Clitorisnya semakin membesar ketika saya menyentuhnya. Aroma dari
vaginanya mulai memenuhi udara di kamarku, aromanya menyenangkan dan berbau
bersih. Dari dalam lubang vaginanya perlahan-lahan keluar cairan lengket
berwarna putih dan kental dan mulai melumuri semua permukaan lubang vaginanya.
Mengingat apa yang dia sudah lakukan dengan air maniku, saya kembali bertanya
"Boleh nggak saya mencicipi air mani Tante?" Tante Susi hanya
mengangguk kecil dan tersenyum.
Perlahan saya mulai menjilati pahanya yang putih dan
sekitar lubang vagina Tante Susi yang merah dan lembut. Cairannya mulai
mengalir keluar dengan deras ke selangkangannya. Lidahku menangkap tetesan itu
dan mengikuti aliran cairan itu sampai balik ke asal lubangnya. Rasanya agak
keasinan dengan berbau sangat khas, tidak seperti kata orang, cairan Tante Susi
sangat bersih dan tidak berbau amis. Begitu pertama saya mencicipi alat kelamin
Tante Susi, saya tahu yang saya dapat menjilatinya terus-menerus, karena saya
sangat menyukai rasanya. Tante Susi mendadak menjerit kecil ketika lidahku
menyentuh clitoris-nya. Saya tersentak takut karena mungkin saya telah
membuatnya sakit. Tetapi Tante Susi kembali menjelaskan bahwa itu hal biasa
kalau seseorang mengerang waktu merasa nikmat.
Semakin lama, saya semakin berani untuk menjilati dan
menghisapi semua lubang vagina dan clitorisnya. Pinggulnya diangkat naik
tinggi. Tangannya tidak berhenti memeras buah dadanya sendiri, cengkramannya
semakin menguat. Napasnya sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya terbanting ke kanan
dan ke kiri. Pinggul dan pahanya kadang-kadang mengejang kuat, berputar dengan
liar. Kepa-laku terkadang tergoncang keras oleh dorongan dari kedua pahanya.
Tangannya mulai menjambak rambutku dan menekan kepalaku erat kearah
selangkangannya. Dari bibirnya yang mungil itu keluar desah dan rintihan
memanggil namaku, seperti irama di telingaku. Keringatnya mulai keluar dari
setiap pori-pori tubuhnya membuat kulitnya tampak bergemilang di bawah cahaya
lampu. Matanya sudah tidak memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh bulu mata
yang panjang dan lentik.
Sembari merintih Tante Susi memintaku untuk
menyodok-nyodokkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan mempercepat iramaku.
Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan yang bergairah itu. Kemudian Tante
Susi memintaku untuk berbalik supaya dia juga dapat menghisap kemaluanku
bersamaan. Setelah melumuri kedua buah dadanya yang busung itu dengan Baby Oil,
Tante Susi menggosok-gosokkan dan menghimpit kemaluanku yang sudah keras
kembali diantara buah dadanya, dan menghisapinya bergantian.
Kemudian Tante Susi memintaku untuk lebih berkonsentrasi
di clitorisnya dan menyarankanku untuk me-masuki jariku ke lubang vaginanya.
Dengan penuh gairah saya pertama kalinya merasakan bahwa kelamin wanita itu
dapat berasa begitu panas dan basah. Otot vaginanya yang terlatih terasa
memijiti jari tanganku perlahan. Bibir dan lubang vaginanya tampak merekah,
berkilat dan semakin memerah. Clitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin
meledak. Setelah tidak beberapa lama, Tante Susi memintaku untuk memasukkan
satu jariku ke dalam lubang pantatnya yang ketat.
Dengan bersamaan, Tante Susi juga masukkan satu jarinya
pula ke dalam lubang pantatku. Tangannya dipercepat mengocok kemaluanku.
Pahanya men-dekap kepalaku dengan keras. Pinggulnya mengejang keras. Terasa
dilidahku urat-urat sekitar dinding vaginanya berkontraksi keras ketika dia
keluar. Saya menjerit keras bersama-sama Tante Susi sembari memeluknya dengan
erat, kita berdua ke-luar hampir bersamaan.
Kali ini Tante Susi menghisap habis semua air maniku dan
terus menghisapi kemaluanku sampai kering. Setelah itu kita berbaring telanjang
terengah mengambil napas. Badannya yang berkeringat dan melemah, terasa sangat
hangat memeluki tubuhku dari belakang, tangannya tetap menghangati dan
mengenggam kemaluanku yang mengecil. Aroma dari yang baru saja kami laku-kan
masih tetap memenuhi udara kamarku. Wajahnya tampak gemilang bercahaya
menunjukan kepuasan, senyumnya kembali menghiasi wajahnya yang terlihat le-lah.
Lalu kami jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk meniup dari jendela
yang terbuka. Setelah bangun tidur, kami mandi bersama. Waktu berpakaian Tante
Susi mencium bibirku dengan lembut dan berjanji yang nanti malam dia akan
mengajari bagaimana caranya bila kejantananku dimasukkan ke dalam
kewanitaannya.
Sejak hari itu, selama satu minggu penuh, setiap malam
saya tidur di kamar tamu bersama Tante Susi dan mendapat pelajaran yang baru
setiap malam. Tetapi setelah kejadian itu, kita tidak pernah mendapat
kesempatan kembali untuk melanjutkan hubungan kami. Hanya ada peristiwa sekali,
waktu orangtuaku mengadakan pesta di rumah, Tante Susi datang bersama suaminya.
Di dapur, waktu tidak ada orang lain yang melihat, Tante Susi mencium pipiku
sembari meraba kemaluanku, tersenyum dan berbisik "Jangan lupa dengan
rahasia kita Asan."
Dua bulan kemudian Tante Susi pindah ke kota lain bersama suaminya. Sampai hari ini
saya tidak akan dapat melupakan satu minggu yang terbaik itu di dalam sejarah
hidupku. Dan saya merasa sangat beruntung untuk mendapat seseorang yang dapat
mengajariku bersetubuh dengan cara yang sangat sabar, sangat profesional dan
semanis, Tante Susi.
T A M A T
Sumber : Bloger

Tidak ada komentar:
Posting Komentar